Sedekah bumi merupakan sebuah tradisi yang dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Salah satu yang melestarikannya adalah desa Klamplok Lor, Kebonagung, Demak.
Bagi masyarakat Jawa khususnya para kaum petani, tradisi sedekah bumi bukan sekedar rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan.
Akan tetapi, tradisi sedekah bumi mempunyai makna yang mendalam. Selain mengajarkan rasa syukur, tradisi sedekah bumi juga mengajarkan pada kita bahwa manusia harus hidup harmonis dengan alam semesta.
Tujuan dari upacara Sedekah Bumi adalah sebagai sarana ucapan terima kasih warga setempat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang diberikan.
Pada 28 Juni 2022 lalu, Desa Klamplok Lor turut menggelar upacara sedekah bumi ini setelah vakum selama pandemi.
Upacara Sedekah Bumi tersebut diselenggarakan pada akhir musim tanam. Upacara Sedekah Bumi di desa Klamplok Lor sendiri dilaksanakan di halaman rumah pak Lurah, yang memiliki halaman cukup luas.
Adapun prosesinya dimulai dengan Apitan yaitu tradisi makan bersama yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa di pagi hari.
Kemudian, di siang harinya dilanjutkan dengan wayang kulit purwa dan pegelaran ketoprak pada malam hari. Semarak upacara tersebut diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat yang ada di Klampok Lor mulai dari orang dewasa hingga anak-anak.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam upacara Sedekah Bumi ini, semua masyarakat ikut andil dalam pelaksanaannya.
Hal tersebut terlihat dari kerelaan masyarakat Klamplok Lor untuk menyedekahkan hasil panen buminya yang berupa padi (beras), jagung, sayur-sayuran, dan buah-buahan untuk pelaksanaan sedekah bumi.
Makanan yang telah diberikan oleh masyarakat tersebut, nantinya akan diletakkan diatas daun pisang. Sehelai daun pisang dilingkari beramai-ramai oleh 5 hingga 8 orang. kemudian, setelah berdoa dan mengucapkan rasa syukur, masyarakat Klamplok Lor akan makan bersama-sama. Tradisi inilah yang dinamai dengan Apitan.
Bagaimana Islam Memandang Sedekah Bumi?
Jika kita membahas pandangan Islamterhadap keberadaan budaya yang telah menjadi sebuah tradisi masyarakat. Pada hakikatnya keberadaan sebuah budaya tidak terlepas membicarakan tentang simbolisme, begitu pula dalam menyikapi al-Quran dan sunnah sebagai sumber atau pedoman dalam Islam.
Mengutip dari buku Islam Kejawen yang ditulis oleh Ridwan, Ahli syariat mengatakan bahwa sebagian besar yang ada di dalam budaya Islam yang sudah mentradisi di kalangan masyarakat kebanyakan berupa simbolik dan sulit untuk dipahami
Maka, Penjelasan tersebut telah memperkuat bahwa keberadaan tradisi sedekah bumi yang dilakukan secara simbolik juga dapat mempunyai makna atau tujuan sendiri bukan semata-mata untuk ingkar atau tidak taat beragama.
Sedekah bumi adalah sebuah akultrasi dan Islam yang sudah terjalin dan secara turun-temurun diwariskan oleh masyarakat Jawa.
Adanya sebuah akultrasi tradisi Jawa dan Islam menjadi menarik ketika masyarakat mempunyai tujuan-tujuan lainnya selain masyarakat terdorong oleh sebuah sistem kemufakatan kegiatan bersama yang ada dalam masyarakat.
Nah, tujuan lain yang menjadi dorongan sendiri bagi masyarakat Klampok Lor dan masyarakat lainnya yang mengikuti rangkaian kegiatan tradisi sedekah bumi, yaitu masyarakat memiliki kebutuhan psikologi kompleks.
Dalam hal tersebut, masyarakat yang mengikuti kegiatan bernuansa spiritual seperti sedekah bumi dapat memenuhi ketercapaian rasa kepatuhan kepada Allah SWT, ketercapaian rasa syukur, ketenangan yang mendalam karena lebih dapat mendekatkan diri pada Allah SWT.
Sehingga, sedekah bumi bukan saja tradisi yang menjadi rutinitas, tapi juga ibadah spiritual yang membuat masyarakat jawa secara khidmat terus melaksakan dan melestarikannya.
Ihsanul Fikri,
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Walisongo Semarang