Type Here to Get Search Results !

Sunan Kalijaga : Potret Islamisasi Damai di Tanah Bintoro



Penyebaran agama Islam di Indonesia khususnya di tanah Jawa dibawa oleh Walisongo. Terutama di daerah pesisir Jawa Tengah yaitu tepatnya di Demak. Sunan kalijaga yang memiliki nama asli Raden Syahid merupakan sosok yang sangat berpengaruh dan menjadi pemeran utama dalam penyebaran Islam di tanah tersebut. Menjadi sosok utama bukanlah hal yang mudah dalam menyebarkan Islam dengan mayoritas penduduk yang sebelumnya sudah memiliki kepercayaan sendiri, diantaranya kepercayaan animisme dan dinamisme yang memang pada masa itu menjadi kepercayaan yang melokal. 

Sunan Kalijaga yang dikenal sebagai murid dari Sunan Bonang mempelajari ilmu kesenian, kesusastraan Jawa, kebudayaan dan pengetahuan falak serta mempelajari ilmu cuaca dan ilmu-ilmu ruhaniah ajaran Islam. Dikarenakan luasnya ilmu yang beliau pelajari, hal itu memberikan pengaruh besar dalam menyebarkan agama Islam.


Dalam menyebarkan agama Islam di Demak, Sunan Kalijaga melakukan akulturasi antara budaya yang ada di masyarakat dengan nilai-nilai Islam. Hal itu dilakukan untuk memudahkan dalam berdakwah serta Islam diterima dengan baik oleh masyarakat. 


Dalam berdakwah, sunan kalijaga memiliki prinsip bergerak dan menjemput daripada menunggu, yang berarti sunan kalijaga langsung mendatangi masyarakat dan berdakwah di depan mereka dan berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain. Selain itu, Sunan Kalijaga menerapkan pendekatan budaya dan mendekati masyarakat kalangan bawah untuk menyampaikan ajaran Islam. Adapun Islamisasi yang dilakukan oleh sunan kalijaga antara lain melalui kesenian. Kesenian pertama yang diterapkan oleh Sunan Kaliaga yaitu Seni Wayang. Ide brilian yang dimiliki oleh Sunan Kalijaga dalam memanfaatkan kebudayaan untuk menyebar Islam bisa dijumpai pada lakon wayang kulit. 


Wayang kulit yang ditampilkan diambil dari cerita Ramayana dan Mahabarata yang kemudian disematkan dengan  nilai-nilai dan prinsip Islam. Sebelum menonton pertunjukkan wayang,masyarakat harus memiliki tiket masuk. Oleh sunan Kalijaga, tiket tersebut diubah dari kalimasada menjadi kalimah syahadat. Sehingga masyarakat yang menonton mengucapkan kalimat syahadat. Sunan kalijaga juga memperkenalkan adanya punakawan yang berasal dari maqolah “Samir ‘ala khoirin fatruk ‘anil bagho” yang memiliki arti bergegaslah menuju kebaikan, tinggalkan kejelekan. Selain kesenian wayang, Sunan Kalijaga juga menggunakan seni suara untuk menyebarkan agama Islam.


Sunan Kalijaga menciptakan tembang macapat Dhandanggula, tembang Lir-Ilir, dan Gundul-Gundul Pacul. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat lokal Jawa memegang teguh adanya persembahan atau sesajen untuk menghormati leluhur atau roh-roh halus yang mereka percayai dengan diiringi mantra-mantra. Ketika sunan kalijaga menyebarkan agama islam, sesajen tersebut kemudian disisipkan doa-doa Islam.


Sunan Kalijaga dalam menyebarkan Islam melaui kompromistis yaitu berusaha dengan menciptakan suasana damai yang penuh toleransi yang berdampingan dengan tradisi masyarakat tanpa menghilangkan tradisi yang telah ada. Proses akulturasi antara Islam dengan budaya lokal masyarakat, menjadikan Islam mudah diterima. 


Islam merupakan agama yang universal, lentur dan mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Islam juga dikenal sebagai agama yang akomodatif terhadap tradisi lokal. Islam datang dengan mempertimbangkan tradisi. Tradisi yang sudah ada di masyarakat tidak dihilangkan, akan tetapi diapresiasi kemudian dijadikan sarana pengembangan penyebaran Islam.

 

Kharirroh, Mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah ( PGMI) UIN Walisongo Semarang


Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.